_____________________________________________________________

Home__Contact Us__Audio__Video



Selasa, 22 Juni 2010

Homosex bisa sembuh

Homosex

Bulan Mei 2010 penatua kami diundang melayani ke sebuah pulau yang cukup terkenal di Indonesia, ke sebuah gereja Kristen yang tidak terlalu besar. Pendetanya seorang lelaki, masih cukup muda, aku sebut saja dengan pak Tony (bukan nama sebenarnya). Beliau ramah sekali, namun ada sesuatu yang cukup aneh pada diri beliau, karena tingkah lakunya mirip seorang wanita. Ternyata beliau seorang Gay, yaitu secara fisik memang laki-laki, tetapi lebih tertarik (secara seksual) dengan laki-laki, termasuk kaum homoseks (pecinta sejenis).



Selesai ibadah, penatua kami menemui bapak pendeta, dan memberitahu bahwa di dalam diri gembala tersebut ada roh perempuan, dan terjadilah konseling, lebih kurang seperti ini:

“Maaf pak Tony, Roh Kudus memberitahu saya bahwa di dalam diri bapak ada roh perempuan. Bapak perlu dilepaskan, agar tidak menghambat pelayanan bapak” kata penatua kami.

“Inilah yang sudah lama saya tunggu-tunggu. Saya memang tidak memberitahukan kepada siapapun mengenai yang terjadi dalam diri saya. Selama ini sudah banyak hamba-hamba Tuhan datang kemari, yang lalu dari (kts) Malaysia, namun beliau tidak bilang apapun mengenai yang sebenarnya terjadi dalam diri saya. Puji Tuhan, Ibu dipakai Tuhan untuk memberitahu keadaan saya, dan saya merasa sangat bersyukur. Terimakasih Tuhan.”kata pak pendeta berkaca-kaca.

Lalu beliau berceritera,…

“Saya anak nomor tiga. Kakak saya dua-duanya laki-laki. Ketika saya dalam kandungan, orangtua saya begitu yakin dan berharap saya lahir perempuan. Maka sebelum saya lahir, ibu saya sudah menyiapkan baju-baju untuk bayi perempuan, untuk anak perempuan. Malahan beliau memilih yang berwarna pink untuk baju saya.”kata pak pendeta.

“Lalu lahirlah saya, bayi laki-laki.Dalam perkembangan selanjutnya saya bertumbuh menjadi remaja, namun saya samasekali tidak tertarik kepada lawan jenis (perempuan), namun hasrat saya justru pada kaum lelaki. Karena saya tidak mau berbuat dosa, maka saya memilih sekolah Alkitab, saya memilih menjadi pendeta. Setidaknya, kedudukan saya sebagai pendeta akan mencegah saya dari kecenderungan-kecenderungan yang buruk.

Entah darimana mereka tahu, suatu saat seseorang menelepon saya untuk mem-booking saya”.

“Apakah bapak mau?”

“Puji Tuhan, saya tidak mau, dan tidak pernah melakukannya”.

Roh Kudus memberitahu penatua kami bahwa memang pak Tony ini tidak pernah melakukan dosa selayaknya dilakukan kaum homoseks.

Pak Tony ini tinggal di gedung gereja yang sekaligus merupakan pastori, dengan penghuni sekitar 5 orang, semuanya laki-laki. Anehnya, beliau merasa sangat nyaman berada di antara teman2 pengerjanya itu. Walau secara fisik beliu adalah seorang pria, namun beliau senang sekali, dan merasa seperti seorang ibu bagi rekan-rekan pengerja beliau. Urusan dapur , yang masak beliau. Muji sempat menikmati masakan beliau, wah, enak sekali, bumbunya pas, apalagi sambalnya,…

“Saya sering merasa diri saya seperti seorang puteri dikelilingi pria-pria di sekitar saya. Namun kesadaran saya mengatakan bahwa yang saya alami ini tidak normal “lanjut pak pendeta.

Ibu penatua menjelaskan kronologis kejadian yang dialami seorang homoseks (gay). Bahwa karena orang tua pak Tony sangat berharap bayi ketiga mereka berjenis kelamin wanita, maka ketika pak Tony lahir, mereka sangat kecewa, barangkali juga shock. Biasanya mereka akan berkata: “Wah, laki-laki lagi,…”

Oleh keluhan itu maka roh bayi tersebut merasa tertolak, sehingga jiwanya “retak” , maka terbukalah celah untuk iblis memasukkan roh (yang memberi sifat) perempuan pada jabang bayi tersebut. Dalam perkembangan selanjutnya, “roh pendatang” itu mengambil alih kendali jiwa dari anak tersebut, sehingga membentuk karakter seorang perempuan.

Setelah konseling dianggap cukup, dan pak Tony dengan penuh kesadaran membuka hati untuk dilepaskan dari roh-roh yang menyebabkan beliau menjadi seorang gay (homoseks), maka dimulailah pelayanan pelepasan.

Diusir keluarlah roh tertolak, roh sakit hati, roh kemayu, lalu roh perempuan. Pak Tony muntah-muntah, roh-roh itu keluar.

Selesai pelepasan, pak Tony berkata: “Ibu, sekarang saya merasa berbeda. Tiba-tiba saya merindukan pernikahan dengan seorang wanita, seorang yang menjadi tulang rusuk saya”.

Teman-teman pengerja melihat perubahan yang terjadi pada pak Tony, ada yang nyeletuk:”Wah, sekarang pak Tony sudah berjalan dengan gagah”.

Asalkan mempercayai karya Roh Kudus, dan membuka hati untuk dilepaskan dari roh-roh najis, maka seorang homoseks, baik Gay maupun Lesbian, masih mempunyai harapan untuk menjadi seorang yang normal.

“Apabila seorang laki-laki atau perempuan dirasuk arwah atau roh peramal, pastilah mereka dihukum mati, yakni mereka harus dilontari dengan batu dan darah mereka tertimpa kepada mereka sendiri.” (Imamat 20:27)

Puji Tuhan

Lesbian bisa disembuhkan

Pasangan Lesbian

Pasangan Lesbian, diperankan oleh MODEL.

Lesbian ialah seseorang yang secara tubuh fisik adalah perempuan tetapi secara sifat, tabiat,
pembawaan dan keinginan adalah menyerupai laki-laki. Oleh sebab itu seorang lesbian cenderung tertarik secara seksual dengan sesama perempuan dan tidak tertarik dengan laki-laki. Kasus lesbian cukup banyak kita jumpai, saya tidak tahu secara tepatnya berapa persen dijumpai kasus seperti ini.

Alkitab sedikit menyinggung soal lesbian. Saya temukan di surat Roma 1:26,27 berikut:

Karena itu Allah menyerahkan mereka kepada hawa nafsu yang memalukan, sebab isteri-isteri mereka menggantikan persetubuhan yang wajar dengan yang tak wajar. Demikian juga suami-suami meninggalkan persetubuhan yang wajar dengan isteri mereka dan menyala-nyala dalam berahi mereka seorang terhadap yang lain, sehingga mereka melakukan kemesuman, laki-laki dengan laki-laki, dan karena itu mereka menerima dalam diri mereka balasan yang setimpal untuk kesesatan mereka.

Pada ayat 26 tertulis

sebab isteri-isteri mereka menggantikan persetubuhan yang wajar dengan yang tak wajar.” Dan pada ayat 27 dijelaskan adanya suami-suami yang melakukan aktifitas seksual yang tidak wajar sebagai hubungan seks sejenis, antara laki-laki dengan laki-laki sehingga cukup jelas bahwa yang dimaksud dengan persetubuhan yang tak wajar di ayat 26 adalah tentang lesbian.

Alkitab dengan tegas mengajarkan bahwa lesbian merupakan kasus penyimpangan, dan karena itu aktifitas seks secara lesbian dapatlah dikategorikan sebagai tindakan yang menyimpang dari kebenaran Firman Allah, yaitu: dosa!

Sungguh ironis memprihatinkan jika ada gereja yang melakukan pemberkatan pernikahan pada pasangan kaum Lesbian.

Pemberkatan pernikahan pasangan Lesbian
Pemberkatan pernikahan pasangan Lesbian, diperankan oleh MODEL

Pada umumnya karakteristik lesbian diperoleh seseorang sebagai bawaan semenjak ia dilahirkan. Lantas seiring dengan perkembangan fisik, maka ketika mencapai tingkat usia tertentu karakter lesbian mulai nampak secara jelas. Orang itu sendirilah yang lebih memahami dan merasakan perbedaan dia dengan wanita-wanita pada umumnya. Ketika seseorang mulai memasuki akil baliq, masa remaja, ditandai dengan munculnya rasa ketertarikan; untuk ukuran yang normal, laki-laki tertarik dengan perempuan dan sebaliknya, namun dalam kasus lesbian, munculnya rasa tertarik secara seksual dengan sesama perempuan. Nah, kalau kehidupan secara lesbian dipandang dosa menurut Firman Tuhan, apakah itu berarti seorang lesbian terlahir sebagai pembuat dosa? Lantas, siapa yang salah? ….

Contoh kasus lesbian:

Ibu Dorcas Daud belum lama ini bersaksi, suatu ketika ada seorang gadis tom boy bersama ibunya, saya sebuat saja namanya, Arum. Sang ibu mengeluhkan puterinya yang perilakunya lebih mirip laki-laki dari pada wanita. Kalau disuruh berpakaian wanita, memakai rok, anak itu malas sekali. Tetapi kalau naik genteng, bermain layang-layang, dia jagonya. Kalau hendak ke sekolah, dengan sangat terpaksa dia memakai seragam pelajar puteri, memakai rok, dan sebagainya. Namun begitu pelajaran selesai, dia berganti pakaian, mengenakan celana panjang. Gadis ini paling malas kalau disuruh pakai make-up, bedak, lipstick dan lain sebagainya. Pokoknya perlengkapan wanita dia tidak suka.

Ibu Dorcas menjelaskan duduk perkaranya, mengapa anak gadis tersebut bersifat ke lelaki an. Ternyata benar, pada waktu anak tersebut berada dalam kandungan, kedua orang tuanya sangat mendambakan anak laki-laki. Maka ketika ternyata lahir bayi perempuan, mereka sangat kecewa. Kekecewaan orang tuanya dirasakan oleh roh bayi tersebut, sehingga jiwanya terluka, dia merasa tertolak, jiwanya mengalami keretakan. Dan jiwa yang luka menimbulkan celah yang terbuka, sehingga masuklah roh laki-laki pada bayi yang baru lahir tersebut.

"Sudah, sekarang bapak dan ibu harus meminta maaf pada Arum, anak perempuan mereka, dan minta ampun juga kepada Tuhan oleh sebab kecewa dengan pemberian Tuhan" kata ibu Dorcas. Lalu kedua orang tua Arum meminta maaf kepada anak gadis mereka.

Kemudian Ibu Dorcas menengking (mengusir) roh tertolak, roh kecewa, dan roh laki-laki dari diri Arum, dan anak gadis tersebut dilepaskan dari roh-roh yang membuatnya berkarakter laki-laki.

Sekian bulan setelah itu, Ibu Dorcas bertemu dengan Arum, dan sungguh luarbiasa, Arum mengalami perubahan drastis. Dia sudah senang dandan (make up), pakai bedak, pakai lipstick, dan merasa nyaman memakai pakaian wanita.

Contoh kedua:

Seseorang pernah menuturkan demikian: Ada seorang wanita lesbian didoakan, dan ketika ditumpangi tangan, ia tumbang dalam urapan. Kemudian lesbian itu bermanifestasi, dia berbicara secara lelaki berbicara. Dan ketika ditanyai, ia mengaku bahwa dulunya ia adalah seorang laki-laki yang meninggal karena kecelakaan, kemudian rohnya ditangkap oleh hamba iblis.

Kemudian suatu hari ia dimasukkan ke seorang bayi berjenis kelamin wanita yang baru saja dilahirkan. Ia tinggal di tubuh bayi itu. Berikutnya pendoa memberitakan injil agar ia percaya kepada Yesus Kristus dan supaya ia meninggalkan wanita itu dan dibawa malaikat Tuhan ke pangkuan Yesus. Roh laki-laki itu menurut, ia keluar dari jiwa perempuan lesbian itu dan dibawa malaikat Tuhan. Kemudian wanita itu tersadar, ia bangkit, dan ajaibnya, ia mulai saat itu sudah sepenuhnya berkarakter wanita.

Sahabat surgawi, ijinkan saya melakukan analisis sederhana sebagai berikut:

Seorang manusia normal memiliki satu tubuh jasmani, satu jiwa dan satu roh manusia (1 Tes. 5:23). Namun seorang lesbian memiliki dua roh manusia,….. Salah satu contoh kasusnya sebagai
berikut:

Dalam sebuah keluarga, anak pertama perempuan, anak kedua juga perempuan, maka biasanya mereka mengaharapkan anak laki-laki sebagai anak yang ketiga. Nah, ketika anak yang ketiga dalam kandungan, kemudian tiba saatnya untuk melahirkan, maka lahirlah si jabang bayi, biasanya yang pertama kali diamati oleh orang tua ialah jenis kelaminnya. Ketika seorang ayah –
dalam kasus ini - melihat bahwa bayi yang dilahirkan isterinya ternyata bayi perempuan, maka ia kecewa. Mungkin ia mengeluarkan rasa kecewanya dengan bertutur: “ Wah, lha koq cewek lagi?? “

Oleh ungkapan kekecewaan itu, maka roh asli dari si jabang bayi sangat terpukul dan merasa tertolak, maka jiwanya mengalami keretakan,… Ketika jiwa si bayi retak inilah, maka seorang hamba iblis memasukkan roh manusia dari laki-laki yang telah meninggal, maka si jabang bayi sekarang memiliki dua roh manusia: roh perempuan (asli) dan roh laki-laki (dari orang yang sudah meninggal).

Secara umur, maka roh laki-laki – dalam kasus ini – lebih tua dari roh perempuan, maka yang dominan adalah roh laki-laki. Inilah yang kemudian memunculkan karakter laki-laki dalam diri seorang wanita lesbian.

Bagaimana Lesbian bisa sembuh?

Kedokteran mungkin menganggap kasus lesbian sebagai kelainan genetika, menonjolnya hormon-hormon laki-laki pada seorang lesbian yang mempengaruhi karakternya. Namun dengan pemahaman secara roh sebenarnya akan lebih sederhana, yaitu ketersediaan hormon laki-laki pada seorang lesbian dipengaruhi oleh roh laki-laki, sebagaimana sudah saya jelaskan. Tetapi bagi mereka mungkin ulasan seperti ini dianggap menggelikan, namun bagi saya, fakta berbicara lebih kuat !!

Satu-satunya solusi yang bisa diharapkan untuk kasus lesbian adalah: mengandalkan kuasa Roh Kudus atau kuasa penebusan Yesus Kristus. Namun Roh Kudus bukanlah roh murahan. Roh Kudus bekerja hanya pada orang yang memiliki iman kepada penebusan Yesus Kristus, sesuai dengan ketetapan Allah Bapa. Dan sungguh berbeda dengan kuasa dukun-dukun yang mengandalkan kuasa kegelapan lewat mantera-mantera pemanggil roh jahat, dengan cara itu pasien sama sekali tidak harus percaya Tuhan, yang penting percaya kepada dukun paranormal, dan inilah bedanya kesembuhan oleh Roh Kudus versus kesembuhan dengan kuasa roh dukun.

Untuk melayani seorang Lesbian, pertama-tama seorang pendoa harus memiliki pengertian yang benar soal roh: harus memahami dan meyakini bahwa bukan semua roh adalah setan dan roh jahat, namun ada : roh jahat (setan) dan roh orang mati (arwah). Jika seorang pendoa masih berfikir bahwa semua roh adalah setan, maka ia tidak siap untuk melayani seorang pasien lesbian. Setan memang harus diusir, sebab Firman Tuhan memang berbicara begitu, tetapi arwah harus ditolong, kalau dia mau, kalau tidak mau ya harus diusir juga. Kasus lesbian adalah soal kerasukan arwah. Ini ayatnya:

Imamat 20:27

Apabila seorang laki-laki atau perempuan dirasuk arwah atau roh peramal, pastilah mereka dihukum mati, yakni mereka harus dilontari dengan batu dan darah mereka tertimpa kepada mereka sendiri.”

Yang kedua, seorang lesbian harus mau disadarkan, bahwa kehidupan lesbian tidak wajar, dan dianggap sebagai dosa, sehingga ia mau merendahkan dirinya di hadapan Tuhan, rindu untuk dilepaskan dari roh lesbian. Disamping itu, ia harus percaya dan menerima Tuhan Yesus sebagai Juruselamat pribadi, sebagai penebus dosa, pelepas dosa, penanggung kutuk, karena sebagaimana disebutkan dalam Imamat 20:27 di atas, seseorang yang dirasuk arwah (termasuk lesbian) adalah terkutuk di hadapan Tuhan.

Langkah ketiga adalah mendoakan lesbian, melepaskannya dari roh lesbian, dalam nama Yesus, dan dimana ada iman kepada Yesus Kristus maka Kuasa Allah akan bekerja. Contoh yang pertama di atas sudah membuktikan bahwa seorang Arum, yang tadinya berkarakter laki-laki, begitu dilayani pelepasan dengan cara yang benar, maka dia sungguh-sungguh pulih dan kembali ke kodratnya sebagai perempuan, dengan karakter wanita.

Tuhan Yesus memberkati

Jumat, 18 Juni 2010

Mengapa Yesus disebut Tuhan?

Kitab Mazmur pasal dua mencatat bagaimana Daud, oleh dorongan Roh Kudus menuliskan ini:

Aku mau menceritakan tentang ketetapan TUHAN; Ia berkata kepadaku: “Anak-Ku engkau! Engkau telah Kuperanakkan pada hari ini. (Mazmur 2:7)

Ayat tersebut menjelaskan bagaimana Yesus pada masa sebelum alam semesta dijadikan, Dia sudah diperanakkan secara Roh oleh Yang Mahakuasa, ialah Allah Bapa.

Lalu, alam semesta diciptakan oleh Allah melalui Yesus yang kala itu disebut Firman, sebagaimana diterangkan oleh Roh Kudus yang bekerja di dalam Rasul Yohanes. Kita lihat ayat-ayat berikut:

Yohanes 1:1-3

1 Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah.
2 Ia pada mulanya bersama-sama dengan Allah.
3 Segala sesuatu dijadikan oleh Dia dan tanpa Dia tidak ada suatupun yang telah jadi dari segala yang telah dijadikan.

Firman (Yesus) sejak semula bersama-sama dengan Allah Bapa, jauh sebelum dunia ada.

Yohanes 1:9-14

9 Terang yang sesungguhnya, yang menerangi setiap orang, sedang datang ke dalam dunia.
10 Ia telah ada di dalam dunia dan dunia dijadikan oleh-Nya, tetapi dunia tidak mengenal-Nya.
11 Ia datang kepada milik kepunyaan-Nya, tetapi orang-orang kepunyaan-Nya itu tidak menerima-Nya.
12 Tetapi semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya;
13 orang-orang yang diperanakkan bukan dari darah atau dari daging, bukan pula secara jasmani oleh keinginan seorang laki-laki, melainkan dari Allah.
14 Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran.

Ayat-ayat 9-14 dari injil Yohanes pasal 1 tersebut berbicara tentang Yesus Kristus. Jadi Yesus telah ada jauh sebelum dunia diciptakan. Ayat berikut semakin memperjelas:

Yohanes 8:58

57 Maka kata orang-orang Yahudi itu kepada-Nya: “Umur-Mu belum sampai lima puluh tahun dan Engkau telah melihat Abraham?”
58 Kata Yesus kepada mereka: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya sebelum Abraham jadi, Aku telah ada.”

Nah, Yesus telah ada jauh sebelum Abraham lahir, dan saat itu Yesus masih bernama Firman, karena belum diturunkan ke dunia sebagai Anak Manusia.

Jadi, …

Yesus bukanlah manusia biasa yang karena sifat-Nya yang istimewa lantas oleh Allah diangkat sebagai Tuhan, tetapi Yesus memang sudah sejak semula adalah Roh Allah sendiri, karena Yesus berasal dari Allah.

Sesudah Yesus terlahir sebagai manusia, mempersembahkan diri-Nya sebagai Anak Domba Allah, sebagai korban tebusan, sebagai “yang menjalani hukuman akibat dosa manusia” dari setiap umat tebusan-Nya, …. maka Yesus naik ke Surga duduk di sebelah kanan Allah Bapa sebagai Pribadi Yang Hidup dan terus beraktifitas, bahkan Super-Aktif hingga sekarang.

Yesus pernah bersabda begini:

“… dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman. (Matius 28:20).

Hanya orang hidup yang sanggup “menyertai kamu senantiasa sampai akhir zaman”.

Kalau saat ini Yesus mati, maka tidak mungkin Dia sanggup beraktifitas; tidak mungkin Yesus sanggup menampakkan diri kepada Saulus dan mempertobatkan mantan mahasiswa Gamaliel itu.

Kalau Yesus tidak dapat beraktifitas, maka orang-orang Kristen saat ini tidak mungkin dapat menumpangkan tangan atas orang sakit dan menjadi sembuh, yang dilakukan demi nama Yesus. Dan peristiwa-peristiwa mujizat yang kami saksikan di “Kesaksian” pada blog ini tidak pernah ada.

Nah,…

Di alam semesta, satu-satunya Anak Manusia yang PERNAH LAHIR SEBAGAI MANUSIA plus PERNAH MATI plus HIDUP KEMBALI plus TETAP HIDUP SAMPAI SELAMA-LAMANYA dibuktikan dengan perbuatan-perbuatan ajaib yang Dia kerjakan lewat pelayanan hamba-hamba-Nya, maka nama Pribadi itu :

YESUS KRISTUS.

Tidak ada nama lain, entahkah itu Nuh, Abraham, Musa maupun tokoh-tokoh yang manapun, … tidak ada satupun yang PERNAH MATI, pernah BANGKIT HIDUP KEMBALI DAN TETAP HIDUP SAMPAI SAAT INI, kecuali Yesus Kristus.

Itulah sebabnya Yesus disebut Tuhan.

(bersambung)

Minggu, 13 Juni 2010

Urapan Baru Menyegarkan Jiwaku

Salam sejahtera,


Pagi ini Roh Kudus membangunkan aku pukul 5 an pagi, dan di dalam hatiku ada nyanyian yang terus berkumandang, kts Yesus Domba Allah, yang begini syairnya (Nada dasar do=G):


ENGKAULAH KEKUATANKU

ENGKAULAH KEMULIAANKU

ENGKAULAH SGALANYA


ENGKAU PERMATA YANG INDAH

YANG TAK PERNAH KULEPASKAN

ENGKAULAH SGALANYA


REFF:

YESUS DOMBA ALLAH

MULIA NAMA-MU

YESUS DOMBA ALLAH

MULIA NAMA-MU


KAU HAPUS SGALA DOSAKU

SGALA CELA DAN MALU-KU

ENGKAULAH SGALANYA


SAAT JATUH KAU ANGKAT KU

SAAT HAUS KAU PNUHI KU

ENGKAULAH SGALANYA


Kembali ke Reff

Selekasnya aku bangun, ambil gitar, dan cocok sekali bahwa lagu yang berdengung di hatiku memang tepat pada nada dasar G. (Yang bernyanyi di hati adalah Roh Kudus).


Aku nyanyikan lagu ini diiringi gitar, pelan tapi sepenuh hati. Seketika kurasakan urapan Allah mengalir, dan airmataku mengalir dengan lembut, meluncur ke pipi,…


Beberapa lagu aku nyanyikan, sampai kurasakan urapan berhenti. Tahulah aku, bahwa Roh Kudus memberi isyarat kepadaku untuk membaca kitab luarbiasa, Alkitab.


Roh Kudus menuntunku membuka Matius pasal 6, aku baca kk 1 pasal itu, lalu disambung dengan Kejadian pasal 1 ayat 1 dan 2.


Sebelum dunia dijadikan, dunia itu belum ada, masih kosong, nihil.


Lalu Allah menciptakan bumi, sehingga bumi dan langit adalah milik Allah, kepunyaan Allah. Bumi dengan segala kekayaannya adalah milik Allah, dan Dia-lah yang berhak mengatur bumi dengan segala isinya.


Nyambung ke Matius 6 ayat 33


“Carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka (berkat-berkat materi dll) akan ditambahkan-Nya kepadamu.”


Banyak orang telah mengejar berkat, mengejar berkat dan mengejar berkat, dan tidak sedikit orang yang GAGAL, sehingga tidak berhasil memperoleh berkat. Perilaku mengejar berkat sebenarnya kurang tepat, dan tidak sesuai dengan Matius 6:33.


Yang dikehendaki Allah adalah: agar manusia mencari Dia, mencari Wajah-Nya, mendapatlan hati-Nya, mengejar Kebenaran-Nya. Ketika seseorang mendambakan Allah, dengan merendahkan diri di hadapan-Nya, dengan rasa haus dan lapar akan Allah, ketika seorang manusia “dengan cara apapun juga” bertekad mencari Allah, maka pada waktu-Nya Allah akan menyatakan diri kepada orang yang merindukan Dia itu, dan berfirman: “Ini AKU !! “


Jika engkau melakukan ini, maka engkau akan dipeluk-Nya, dan jangan heran jika engkau tiba-tiba merasakan suatu dorongan untuk menangis terhisak-hisak di hadapan-Nya. Itulah Dia,…


Allah membiarkan Diri-Nya dimiliki oleh setiap insan yang merindukan Dia. Hanya,… hiduplah dalam kekudusan, hiduplah dalam koridor Firman-Nya, hiduplah dalam ketaatan kepada Firman, maka engkau akan dianggap-Nya berharga, engkau akan ditaruh diatas telapak tangan-Nya, engkau akan diperhatikan-Nya, engkau akan dikasihi-Nya, engkau akan dihargai-Nya seperti permata mahal,…


Aku berhenti membaca alkitab, dan Roh Kudus mengajakku menyanyikan lagu “Bagi Dia Segala Pujian” , masih dengan nada dasar G. Sebenarnya aku tidak begitu hafal dengan syairnya, namun Roh Kudus mendorongku untuk menyanyikannya dengan syair begini:


DIA YESUS TLAH MATI BAGIKU

DIA YESUS SLAMATKAN JIWAKU

BAGI DIA, PUJIANKU

TAK DAPAT KU BALAS KASIH-Nya


DIA ANGKAT KU JADI ANAK-NYA

BRI DAMAI DI DALAM HIDUPKU

BAGI DIA, SEMBAHKU

HANYA DIA PUJAAN HATIKU


Reff:

BAGI DIA SEGALA PUJIAN

HORMAT SERTA SYUKUR

KEKAL SELAMANYA


BAGI DIA SEGALA PUJIAN

HORMAT SERTA SYUKUR

SLAMA-LAMANYA


Roh Kudus menuntunku mengulang-ulang lagu itu, dan kembali kurasakan urapan memasuki diriku. Kembali airmataku meleleh. Lalu aku sadari bahwa Yesus berada di depanku, dan aku mengubah syair Reff menjadi begini:


BAGI DIKAU

SEGALA PUJIAN

HORMAT SERTA SYUKUR

KEKAL SELAMANYA


BAGI DIKAU

SEGALA PUJIAN

HORMAT SERTA SYUKUR

SLAMA-LAMANYA


Jadi kata “DIA” aku ganti dengan “DIKAU” lantaran aku sudah merasakan kehadiran Yesus. Urapan yang berlipat kuatnya memasuki aku, semakin terhisak aku. Aku sangat menikmati urapan yang dahsyat ini. Lalu aku tergerak berdoa syafaat: untuk beberapa orang, untuk beberapa gereja, dan TUHAN terus mengurapi aku, mungkin sekitar 15 menit.

…….

Hari ini aku berangkat kerja, dan jiwaku begitu fresh, begitu segar. Aku melihat banyak orang sebagai yang perlu menerima pertolongan Tuhan. Aku melihat banyak orang dengan kasih kristus. Sungguh, urapan baru pagi ini telah menyegarkan jiwaku.


Magelang, 14 Juni 2010

Kamis, 10 Juni 2010

Baptisan Air


Video Baptis Air, dengan cara selam.

Definisi umum: Baptisan bisa didefinisikan sebagai suatu tindakan untuk mempersatukan diri dengan kelompok tertentu. Baptisan Air menggunakan medium air untuk melakukan prosesi baptisan.

Sejarah mengisyaratkan bahwa baptisan sudah dilakukan jauh sebelum zaman Kekristenan mula-mula, namun Alkitab mencatat bahwa Allah memerintahkan Yohanes Pembaptis untuk membaptis dengan air sebagai tanda pertobatan, dan Yesus Kristus menaati perintah Bapa-Nya ini dengan memberikan Diri-Nya dibaptis oleh Yohanes Pembaptis di sungai Yordan. Selanjutnya, di abad permulaan Masehi, orang-orang Kristen awal juga melakukan pembaptisan terhadap orang-orang yang percaya kepada Yesus Kristus dengan pembaptisan serupa.

Model atau metode pembaptisan ada bermacam-macam, di antaranya adalah: baptis selam , baptis curah dan baptis percik. Dua yang terakhir sepertinya dapat dikategorikan sebagai baptisan klinis (clinic baptism) lantaran dulunya dilakukan pada orang sakit yang hampir meninggal. Baptis selam dilakukan oleh Yohanes Pembaptis, juga dilakukan oleh murid-murid Yesus hingga abad-abad permulaan tahun Masehi. Sejarah gereja mencatat bahwa pada abad-abad sesudah itu mulailah dilakukan baptis tuang dan baptis percik oleh gereja. Di akhir artikel kami sajikan kutipan sejarah baptisan .

MAKNA BAPTISAN:

Setiap orang perlu memasuki sebuah kehidupan dengan pengalaman baru, melalui iman percaya kepada Tuhan Yesus, melalui kebenaran salah satu dasar kekristenan yakni tentang Baptisan Air. Setiap orang yang ingin mengalami baptisan air hendaklah memahami terlebih dahulu makna sebenarnya dari Baptisan Air ini.

Hakikat Baptisan Air adalah: bahwa kita mengalami PENGUBURAN TABIAT MANUSIA LAMA, serta mengalami kebangkitan untuk berjalan dengan Kristus dalam hidup yang baru. Dengan Baptisan Air seharusnyalah tubuh dosa kita hilang kuasanya sehingga kita tidak lagi menjadi hamba dosa (Roma 6:6). Baptisan Air menggenapi kehendak Tuhan Yesus, dan seharusnya dilakukan oleh orang percaya (Matius 3:15-17).

Melalui Baptisan Air ini, kita berbicara tentang PENGUBURAN dan KEBANGKITAN. Manusia lama kita hendaklah mengalami “kematian total” , kita menjadi satu dengan Tuhan Yesus dalam kematian-Nya, dan mengambil bagian dalam kehidupan kebangkitan-Nya (Kolose 2:12).

Baptis berasal dari kata “baptizo” (Yunani) yang bermakna “ditenggelamkan seluruhnya”, itulah sebabnya dahulu Allah memerintahkan Yohanes Pembaptis untuk membaptis dengan air (Yoh 1:33), yang merupakan baptisan pertobatan (Mat 3:11), dengan cara menenggelamkan seseorang yang dibaptis itu ke dalam air, lalu membangkitkannya dari air itu; waktu itu dilakukan di sungai Yordan.

Jadi Baptisan Air yang benar dilakukan dengan cara membenamkan seluruh tubuh ke dalam air baptisan dan bangkit keluar.

Air menggambarkan liang kubur, yaitu untuk menguburkan kita dari kuasa dosa. Baptisan Air dilakukan dalam nama Tuhan Yesus (Kisah Para Rasul 2:38); juga dapat dilakukan dalam nama Bapa, Anak dan Roh Kudus (Matius 28:19). Tanda Baptisan Air adalah basah karena keluar dari air dan juga kita dapat mengalami kuasa kesembuhan dari sakit penyakit, roh-roh jahat dapat diusir, orang lumpuh dapat berjalan karena Kuasa dari Surga telah dicurahkan.

Selain kita dikuburkan dalam baptisan kematian, maka kita juga hendaklah menjadi sama seperti Yesus Kristus dibangkitkan dari antara orang mati oleh kemuliaan Bapa dalam hidup yang baru (Roma 6:4).

Jadi, ketika kita dibaptis, kita mengalami sebuah pengalaman “kematian dan penguburan manusia lama” sebagaimana pengalaman Yesus ketika Dia mati dan dikuburkan (Rm 6:4). Sesudah kita menjadi satu dengan kematian-Nya itu, maka kitapun menjadi satu dengan kebangkitan-Nya (Rm 6:5); dahulu Yesus bangkit dari kubur, kitapun – pada waktu dibaptis – dibangkitkan dari air, yaitu “lobang kubur” manusia lama kita.

Karena itu, cara Baptisan Air yang benar adalah dengan cara tubuh kita ditenggelamkan atau dibenamkan seluruhnya ke dalam air baptisan atau kolam baptisan (Matius 3:16), dan pembatisan Air itu dilakukan dalam nama Bapa, Anak dan Roh Kudus (Matius 28:19).

Tuhan Yesus memberkati.

Referensi:

“Bukti jelas yang paling awal atas baptisan bayi ditemukan didalam tulisan Tertullian yang menentangnya ( 185 AD.). Bukti langsung pertama yang mendukung baptisan bayi ditemukan pada tulisan Cyprian, didalam Sidang di Carthage, di Afrika tahun 253 AD. Didalam tulisan kepada salah seorang bernama Fidus, Cyprian mengambil alasan bahwa bayi harus segera dibaptis setelah lahir (Epistle of Cyprian, LVIII, 2). Namun pendapat ini tidak berdasarkan Alkitab dan tidak diterima oleh kalangan Kristen.

Sidang jemaat mula-mula semuanya menolak baptisan bayi. Sidang di Elvira atau Grenada, 305 AD., mewajibkan penundaan baptisan selama 2 tahun (Hefele, History of the Councils, I, 155,Edinburgh, 1871). Sidang di Laodikia yang dilaksanakan pada tahun 360 AD., mensyaratkan mereka yang akan “dibaptis harus menghafalkan pengakuan iman didalam hati dan menyatakannya” (Hefele, II, 319). Sidang di Konstantinopel menetapkan bahwa calon yang akan dibaptis harus “tinggal suatu waktu yang lama didalam pelajaran Alkitab sebelum mereka menerima baptisan” (Ibid. II, 368). Dan Sidang di Carthage, tahun 398 AD. menetapkan bahwa “katekisasi harus dilakukan dan disiapkan untuk baptisan” (DuPin, Bibliotheque universelle, c. 4, 282).”

“Basil Agung lahir pada tahun 329 AD. dalam sebuah keluarga kaya dan saleh, dimana nenek-moyangnya dikenal sebagai para martir. Ibu dan neneknya adalah orang Kristen dan 4 saudara laki-laki dan 5 saudara perempuannya merupakan orang Kristen terkenal. Ia dibaptis pada usia 26. Dalam sebuah perikop luar biasa, 380 AD., ia dengan terus terang menyatakan penyimpangan zaman-zaman itu. Ia mengatakan:

“Apakah engkau keberatan dan mengembara serta menunda baptisan? Padahal sejak kecil engkau telah dikatekisasi didalam Firman, dan engkau belum juga mengenal kebenaran? Setelah demikian lama mempelajarinya, belumkah engkau mengetahuinya? Engkau adalah pengembara sepanjang hidupmu. Seorang peragu sampai tua. Kapan engkau akan menjadi seorang Kristen? Kapan akan kami melihat engkau menjadi bagian dari kami? Tahun lalu engkau menunggu sampai tahun ini; dan kini engkau berpikir untuk menanti sampai tahun berikutnya. Perhatikanlah, bahwa dengan mengatakan kepada diri sendiri engkau akan hidup lebih lama, maka engkau tidak sungguh-sungguh mendambakan pengharapanmu. Apakah engkau tahu perubahan apakah yang akan terjadi besok? (Migne, XXXI, 1514).

Semua ini menunjukkan bahwa orang Kristen mula-mula terus membaptis berdasarkan pengakuan iman; dan bahwa baptisan bayi tidak menghasilkan tempat pijakan yang permanen sampai berabad-abad setelah masa para rasul.

Baptisan bayi tidak berkembang secara mendadak. Augustine, Uskup dari Hippo-Regius, Afrika Utara (353-430 AD.) bukan orang pertama yang melaksanakannya; meskipun bukan dirinya saja yang membaptis bayi, namun ia merupakan pembela pertama dan yang paling kuat. Ia mengembangkan argumentasi theologis didalam pembelaannya. Sidang di Mela, Numidia, 416 AD., yang terdiri dari 15 anggota dan dibawah pimpinan Augustine, menetapkan:

Juga, merupakan hal yang menyenangkan bagi para uskup untuk memerintahkan bahwa terkutuklah barangsiapa yang menolak bahwa bayi yang baru dilahirkan oleh ibunya untuk dibaptis atau mengatakan bahwa baptisan dilaksanakan untuk penghapusan atas dosa-dosa mereka sendiri, tetapi bukan karena dosa asal yang diturunkan dari Adam, dan ditebus dengan penyucian kelahiran kembali (Wall, The History of Infant Baptism, I, 205).

Ini merupakan sebuah fakta yang bernada nubuatan masa depan bahwa sidang pertama yang mendukung praktek baptisan bayi yang disertai kutukan terhadap mereka yang tidak setuju dengan keputusan sidang. Selanjutnya ketetapan itu menunjukkan adanya penentang baptisan bayi pada masa itu, dan bahwa ritual baptisan bayi bukan merupakan kebiasaan universal pada masa-masa itu.

Ketentuan yang pertama yang dijadikan sebagai rujukan untuk mendukung baptisan bayi di Eropa, ditetapkan oleh Sidang Spanyol di Gerunda, 517 AD. Sidang tersebut terdiri atas 7 orang yang menganut 10 ketentuan. Patokan yang mencakup butir yang berkenaan disini adalah Pasal V:

Namun mengenai anak-anak kecil yang baru lahir, dengan sukacita kami tentukan, bahwa jika, sebagaimana biasanya, mereka lemah dan tidak minum air susu ibunya, meskipun pada hari yang sama dimana mereka lahir (jika mereka dipersembahkan, jika mereka dibawa) mereka boleh dibaptis.

Ketentuan itu merupakan instruksi katekisasi biasa yang mesti mendahului baptisan. Dalam kasus bayi sakit, karena ketakutan mereka akan terhilang karena mati sebelum dibaptis, maka mereka harus dibaptis selagi masih bayi. Tidak ada ketentuan yang dibuat untuk baptisan bayi yang kondisi kesehatannya baik. Juga terdapat keraguan apakah Sidang ini memang pernah dilangsungkan.”

“Charlemagne, 789 AD., mengeluarkan hukum pertama di Eropa untuk membaptis bayi. Ia terbelenggu perang yang sulit dihindarkan dengan orang Saxon, karena jenderalnya yang berani, Windekind, selalu mendapat sumber untuk mengalahkan rancangannya. Pada akhirnya sang kaisar berhasil menemukan sebuah cara yang mematahkan semangat Windekind, yakni dengan memisahkan pasukan darinya, dan hal ini benar-benar mengakhiri perang. Ini dilakukan dengan menhindarkan seluruh bangsa dari sebuah pilihan yang mengerikan; dibunuh oleh pasukan, atau menerima hidup dengan syarat mengaku sebagai orang Kristen dengan dibaptis; dan hukum-hukum yang keras masih tetap berlaku didalam kumpulan peraturan kerajaan ini, dimana mereka diharuskan, “dengan ancaman siksa kematian, untuk membaptis diri mereka, dan dengan denda yang berat untuk membaptis anak-anak mereka pada tahun kelahiran mereka”.

“Andre Lagarde mengatakan:

Sampai abad keenam, bayi-bayi hanya dibaptis ketika mereka ada didalam bahaya maut. Pada masa itu, praktek tersebut memperkenalkan pelaksanaan baptisan, meskipun mereka tidak sakit (Lagarde, Latin Church in the Middle Ages, 37).

Fakta-fakta ini semuanya menentang gagasan bahwa baptisan bayi merupakan praktek gereja-gereja purba. Ketika diperkenalkan, ia menghadapi perlawanan yang terbesar, dan hanya dibawah kutukan dan dengan todongan pedang, maka baptisan bayi dapat ditekankan kepada orang-orang Kristen yang tidak mau menerimanya; dan sikap intoleran mengikuti sejarahnya sampai kini.”

“Tentang bentuk baptisan yang dipraktekkan didalam gereja-gereja purba sedikitpun tidak ada keraguan. Dapat dipastikan bahwa cara selam merupakan ketentuan yang universal, dipelihara dengan baik oleh beberapa orang yang teraniaya.

Terdapat 6 gambaran terperinci atau ritual baptisan yang diturunkan kepada kita. Semuanya diketahui oleh gereja-gereja dan kesemuanya menggambarkan cara selam. Keenam gambaran tersebut dikenal dengan nama Egyptian Acts(Gebhardt dan Harnack, Texts and Researches, VI, c.4 (28);

TheCanon Hipolyte, abad ketiga (Hipolyte, Buku VII, (29); TheApostolic Constitutions or Canons, dalam versi bahasa Yunani, Koptik, dan Latin, 350-400 AD.;

Cyril of Jerusalem, 286 AD. (Migne XXXIII, 43);

Ambrose of Milan, 397 AD.(Bunsen, Analecta, II, 465), dan

Dionysius Areopagita, 450 AD. Ritual-ritual tersebut dipergunakan dengan luas didalam gereja-gereja dan menggambarkan praktek universal dengan cara selam.

Tentang praktek cara selam terdapat bukti di Afrika, Palestina, Mesir, Antiokhia dan Konstantinopel, serta di Kapadokia. Bagi orang Roma, kita memiliki kesaksian delapan ratus tahun tentang penggunaan cara selam. Tertullian menjadi saksi untuk abad kedua (Tertullian, De Bapt., c. 4); Leo Agung pada abad kelima (Fourth Letter to the Bishop of Sicily); Paus Pelagius pada abad keenam (Epist. Ad Gaudent); Theodulf dari Orleans pada abad kedelapan; dan pada abad kesebelas, orang-orang Roma menerapkan kepada subyek tersebut dengan selam “hanya dengan sekali” (Canisius, Lectiones Antiq., III, 281). Contoh-contoh ini menjawab cara yang digunakan orang Italia tersebut.

Ada juga kesaksian dari monumen Kristen mula-mula. Pada mulanya orang Kristen dibaptis di sungai-sungai dan mata air. Hal ini, menurut Walafrid Strabo, dilakukan dengan sangat sederhana (Migne, CXIV, 958). Kemudian oleh karena penganiayaan, orang-orang Kristen menyembunyikan diri; Catacombe-catacombe dilengkapi dengan banyak contoh tempat pembaptisan. Dr. Cote yang tinggal bertahun-tahun di Roma, dan dengan seksama meneliti masalah baptisan, mengatakan: “Pada masa kegelapan kekuasaan penganiayaan terhadap orang Kristen Roma purba, ditemukan tempat perlindungan yang dibuat tergesa-gesa di Catacombe-catacombe dimana mereka membangun tempat-tempat pembaptisan untuk melaksanakan upacara selam” (Cote, Archaelogy of Baptism, 151, London, 1876). Walaupun gambaran singkat mengenai tempat pembaptisan tidak bisa diuraikan disini, namun orang yang tidak dengan seksama mempelajari masalah tersebut akan terkejut dengan jumlah dan luasnya.

Kemudian ketika kebebasan beragama Kristen dijamin, banyak gereja yang didirikan. Pada mulanya tempat pembaptisan merupakan sebuah struktur tersendiri, terpisah dengan tempat kebaktian; namun kemudian menjadi kebiasaan untuk menempatkan tempat baptisan didalam gereja itu sendiri. Tempat-tempat pembaptisan demikian didirikan hampir di seluruh negeri dimana agama Kristen tersebar. Hal ini terutama di Italia. Cote memberikan daftar yang tak kurang dari 66 tempat pembaptisan didalam negeri itu saja (Cote, Baptisteries, 110). Setidak-tidaknya sampai pada abad kedelapan dan kesembilan tempat pembaptisan terus digunakan sepenuhnya di Italia. Tempat-tempat pembaptisan dibangun di Italia paling tidak sampai abad keempatbelas, sementara cara selam diteruskan di Kathedral Milan sampai berakhirnya abad kedelapanbelas.

Tempat-tempat pembaptisan tersebut dihiasi dan tentu saja penuh dengan emblem, mosaik dan lukisan yang ditujukan untuk memperjelas bentuk baptisan. Apa yang disebut dengan Seni Kristen ditemukan didalam catacombe-catacombe, terdapat pada interior gereja dan pada perlengkapan mebel dan peralatan. Gambaran yang paling lama bukan bertanggal sebelum masa Kaisar Constantine (Parker, The Archaelogy of Rome, XII, 11, Oxford, 1877); banyak yang secara terus menerus diperbaiki, dan beberapa diantara yang paling terkenal terus berubah sedemikian rupa sehingga kehilangan karakter aslinya (Crowe dan Cavalcaselle, History of Painting in Italy, I, 22). Tidak diperoleh kesimpulan yang pasti dari sumber ini, namun pengajaran dari semua karya seni mula-mula itu mengindikasikan cara selam sebagai bentuk baptisan. Gambar-gambar tersebut menunjukkan pemandangan sungai, orang yang akan dibaptis berdiri didalam air, dan keadaan sekitarnya semua menunjukkan pelaksanaan baptisan yang primitif. Pendapat para profesor arkheologi dari universitas-universitas besar secara bulat menyatakan bahwa gambar-gambar kuno mengenai baptisan didalam catacombe-catacombe tersebut dan di tempat-tempat lainnya, menunjukkan ritual itu dilaksanakan dengan cara selam (Lihat Christian’s Baptism in Sculpture and Art, Louisville, 1907).”

” Baptisan dengan cara curah merupakan perkembangan yang lamban. Kemungkinan penyebutan cara curah yang paling awal ditemukan didalam Teaching of the Twelve Apostles yang terkenal (Bryennios, Didacha ton Dodeka Apostolon, Konstantinopel, 1883), yang menurut berbagai pendapat dinyatakan sebagai berasal dari abad yang pertama dari tujuh abad lainnya.

Novatian (250 AD.) menyampaikan kasus pertama yang tercatat mengenai baptisan klinis atau baptisan untuk orang sakit (clinic baptism). Ketika terbaring sakit, ia dicurahkan air yang sebanyak-banyaknya, namun baptisannya dengan jelas disebut sebagai “pembatasan” atau “pengganti” (Eusebius, The Church History, 289, New York, 1890). Pencurahan hanyalah sekedar merupakan pengganti selam. Perancis merupakan negeri pertama yang mengijinkan baptisan dengan cara pencurahan demi menikmati kesehatan penuh (Wall, The History of Infant Baptism, I, 576). Hukum pertama untuk baptisan percik diberlakukan dengan cara sebagai berikut: “Paus Stephen III, ketika dibawa dari Roma oleh Astulphus, Raja dari Lombards pada tahun 753, melarikan diri kepada Pepin, yang baru saja merampas tahta Perancis. Waktu tinggal disana, para biarawan Cressy di Brittany berkonsultasi dengannya, menanyakan apakah alkitabiah jika pada saat dibutuhkan, baptisan dilaksanakan dengan menuangkan air ke atas kepala bayi. Stephen menjawab bahwa hal tersebut alkitabiah” (Edinburgh Encyclopedia, III, 236). Namun sampai pada 1311 AD., Sidang di Ravenna menetapkan: “Baptisan harus dilaksanakan dengan tiga kali percik atau selam” (Labbe dan Cossart, Sacrosancta Concilia, II, B, 2, 1586, Paris, 1671). Segera setelah itu, pemercikan menjadi sebuah kebiasaan di Perancis.

Selama 13 abad pertama, cara selam merupakan praktek yang normal di kalangan Kristen.

Kata Dollinger, “Baptisan dengan cara selam terus menjadi praktek yang umum Gereja sampai pada abad keempatbelas” (Dollinger, The History of the Church, II, 294, London, 1840-42). Cara selam dipraktekkan di beberapa bagian Jerman pada abad keenambelas. Di Inggris selam dipraktekkan selama 1.600 tahun.”

Sumber:

http://dedewijaya.blog.friendster.com/2008/12/sejarah-baptis-bag-2/

Pengaku Iman Gagah Berani

“Pengakuan” memiliki posisi penting dalam bagian rencana Allah. Seringkali ketika seseorang mendengar kata “pengakuan” maka yang terlintas di pikirannya adalah tentang pengakuan dosa. Bahkan tidak jarang orang kristen yang mengartikan kata “pengakuan” ini dalam konotasi negatif, misalnya dalam hal kelemahan dan kegagalan. Itulah bagian negatif dari pengakuan. Padahal ada bagian positif dalam hal pengakuan, karena Alkitab justru lebih banyak membicarakan hal yang positif ini dari pada yang negatif.

Menurut kamus Webster, definisi dari kata “pengakuan” bukan hanya sebagai pengakuan dosa tetapi juga berarti “pernyataan kepercayaan seseorang – terutama bagi mereka yang mempunyai iman kristen”. Itulah sebabnya mengapa kekristenan yang sejati telah dikenal selama berabad-abad sebagai suatu “Pengakuan yang Besar”. Sedangkan untuk kata “pengaku” ( = yang melakukan pengakuan ) diartikan sebagai “seorang kristen yang menderita karena imannya”. Tokoh-tokoh iman yang tercatat di kitab Perjanjian Lama dan para rasul dalam kitab Perjanjian Baru, mereka adalah pengaku-pengaku Firman Allah yang berani. Marilah kita lihat lima orang dari pengaku-pengaku iman yang berani ini.

Sadrakh, Mesakh dan Abednego (Daniel 3:16-28)

Sarakh, Mesakh dan Abednego

Sadrakh, Mesakh dan Abednego

Kitab Daniel pasal 3 mengisahkan tiga orang Israel bernama Sadrakh, Mesakh dan Abednego yang hidup dalam pembuangan di Babel dalam masa pemerintahan raja Nebukadnezar. Pada waktu itu raja Nebukadnezar mendirikan patung emas setinggi 60 hasta selebar 6 hasta yang didirikan di sebuah dataran bernama Dura. Alkisah raja mewajibkan semua orang di seluruh negeri untuk menyembah patung besar itu pada saat-saat tertentu, yaitu pada waktu dibunyikan berbagai alat bunyi-bunyian seperti: sangkakala, seruling, rebana dan lain sebagainya yang menandai waktu untuk melakukan ritual penyembahan berhala itu (ayat 5). Sedangkan bagi siapa saja yang melanggar titah raja ini – yakni yang tidak mau menyembah patung berhala tersebut – maka dia akan dicampakkan ke dalam perapian yang menyala-nyala (ayat 6).

Hampir semua orang taat kepada perintah raja Nebukadnezar, kecuali tiga orang Israel yaitu Sadrakh, Mesakh dan Abednego. Mereka inilah tiga orang pertama yang berani melawan perintah raja untuk menyembah patung emas. Ketiga orang ini melakukan “pengakuan yang berani” dengan berkata:

“… Allah yang kami puja sanggup melepaskan kami … dari perapian yang menyala-nyala itu, dan dari … tanganmu, ya raja (ayat 17)

tetapi seandainya (Allah tidak melepaskan kami pun), .. kami (tetap) tidak akan memuja dewa tuanku, dan tidak akan menyembah patung emas … itu.” (ayat 18)

Dan ketiga orang ini berani mengambil resiko dengan dicampakkan ke dalam perapian yang menyala-nyala sebagai akibat dari “pengakuan yang berani” itu (ayat 21)

Ketika melihat iman dan komitmen mereka kepada Allah dengan tidak mengasihi nyawa mereka sampai menghadapi maut sekalipun, maka Tuhan menyelamatkan mereka dengan membuat tubuh mereka tidak mempan oleh api, bahwa rambut di kepala mereka tidak hangus, jubah mereka tidak berubah apa-apa, bahkan bau kebakaranpun tidak ada pada mereka (ayat 27)

Sebagai akibat lain dari pengakuan iman dari orang-orang yang berani ini, Allah ditinggikan oleh Nebukadnezar. Raja ini juga berkata tentang Sadrakh, Mesakh dan Abednego sebagai orang-orang yang menaruh percaya kepada TUHAN, sebagai orang-orang yang berani melanggar titah raja (oleh sebab percayanya kepada TUHAN), dan sebagai orang-orang yang (berani dan rela) menyerahkan tubuh mereka demi kesetiaannya kepada TUHAN (dengan tidak mau menyembah allah manapun kecuali TUHAN Allah) (ayat 28)

Dan Alkitab mengisahkan bagaimana ketiga tokoh iman ini kemudian hidup makmur di wilayah Babel. Itulah kisah tiga orang tokoh pengaku iman yang berani.

Daniel ( Dan 6:1 – 29)

Daniel di Goa Singa

Daniel di Goa Singa

Tokoh yang keempat adalah Daniel. Kitab Daniel pasal 6 mengisahkan seorang Israel bernama Daniel yang hidup dalam masa pemerintahan raja Darius, orang Media.

Daniel adalah salah satu dari ketiga orang yang diangkat raja Darius sebagai pejabat tinggi negeri dan ketiga orang petinggi ini membawahi 120 orang wakil raja yang ditempatkan di seluruh wilayah kerajaan. (ayat 1 – 3)

Dan Daniel – yang dikaruniai roh yang luar biasa – memiliki kemampuan melebihi rata-rata pejabat negeri. (ayat 4)

Beberapa petinggi negeri tidak senang dengan keberadaan Daniel, dan mereka bersekongkol untuk menjatuhkan Daniel. Dan mereka melihat “kelemahan” Daniel dalam hal ketaatannya beribadah kepada TUHAN, Allah Daniel. (ayat 6)

Sebagai bagian dari rencana jahatnya itu, mereka membujuk raja Darius, hingga raja ini mengeluarkan surat perintah berisi larangan untuk menyampaikan permohonan baik kepada dewa, allah maupun manusia manapun kecuali kepada baginda raja Darius dalam waktu 30 hari semenjak perintah raja dikeluarkan. Dan bagi barangsiapa yang melanggar perintah raja, maka orang itu akan dilemparkan ke dalam gua singa. (ayat 8,9,10).

Tetapi Daniel tidak menggubris peraturan aneh itu. Dia melakukan “pengakuan yang berani” dengan tetap melakukan ibadahnya seperti biasa, yaitu tiga kali sehari ia berlutut berdoa serta memuji Allahnya (ayat 11)

Dan sebagai akibat dari pengakuan imannya yang berani itu, Daniel memang benar-benar dimasukkan ke gua singa (ayat 16,17)

Melihat iman dan komitmen Daniel kepada Allah dan melihat bagaimana Daniel tidak mengasihi nyawanya sendiri bahkan saat menghadapi maut, maka Allah bertindak dengan mengirimkan malaikat-Nya untuk mengatupkan mulut singa-singa buas itu (ayat 20-23).

Dan sebagai akibat lain dari pengakuan iman yang berani yang dilakukan oleh Daniel, maka raja Darius memuliakan Allahnya Daniel. Raja ini mengakui bahwa Dia adalah Allah yang hidup dan kekal, bahwa pemerintahan-Nya tidak akan binasa, dan kekuasaan-Nya tidak akan berakhir, dan Dia adalah Allah yang melepaskan dan menolong, dan mengadakan tanda-tanda dan mujizat di langit dan di bumi, Dia adalah Allah yang telah melepaskan Daniel dari cengkeraman singa-singa (ayat 25-27)

Kemudian dari pada itu Daniel mempunyai kedudukan tinggi pada zaman pemerintahan raja Darius dan juga zaman pemerintahan Koresy orang Persia (ayat 29).

Stefanus (Kis 7:51-60; 9:11-16)

Stefanus merupakan tokoh kelima dari “pengaku-pengaku iman yang berani” . Dengan berani dia menyatakan dan mengakui Firman Allah di hadapan Imam Besar dan penatua-penatua Israel dan anggota Mahkamah Agama. Dalam keadaan terjepit dan menghadapi maut, Stefanus berani mengakui imannya (Kis 7:51,52,55,56)

Stefanus berani menanggung akibat dari hasil “pengakuan iman yang berani”. Dia dilempari batu sampai mati (Kis 7:57-60).

Melihat iman dan komitmen Stefanus kepada Allah dan karena ia tidak mengasihi nyawanya bahkan saat menghadapi maut, maka Allah mengabulkan doa Stefanus. Allah tidak menanggungkan dosa (pembunuhan) itu kepada mereka.

Dan sebagai hasil dari pengakuan Stefanus yang berani dan rohnya yang mengampuni, bahkan Allah mengubah seorang Saulus yang buas – yang terobsesi membinasakan jemaat Tuhan – menjadi Paulus, seorang rasul besar yang lemah lembut dan sangat giat bekerja memberitakan injil. Disaat Stefanus meregang nyawa, Saulus mendengar kesaksian Stefanus, dan dia mendengar juga bagaimana Stefanus melihat langit terbuka dan menyaksikan kemuliaan Allah Bapa dan Yesus berdiri di sebelah kanan Bapa. Pemuda Saulus mendengar injil dan dilepaskan dari dosanya atas pembunuhan Stefanus sehingga dia bisa diselamatkan.

Lebih jauh lagi sebagai berkat yang dihasilkan untuk dunia melalui pengakuan Stefanus yang berani dan doa syafaatnya untuk para pembunuhnya ialah: Injil diberitakan kepada bangsa-bangsa lain melalui rasul Paulus (Kis 9:11-16)

Itulah Sadrakh, Mesakh, Abednego, Daniel dan Stefanus, lima orang tokoh yang dicatat Alkitab yang telah dengan berani melakukan pengakuan iman, dengan hasil-hasil yang mengikutinya.

Rasul Paulus, dalam kitab Ibrani, menyebutkan masih banyak lagi orang-orang yang telah melakukan “pengakuan iman yang berani” – yang tidak disebutkan namanya satu persatu karena banyaknya – mereka adalah orang-orang yang karena iman dan komitmen mereka kepada Allah dan Firman-Nya , mereka tidak mengasihi nyawanya.

Beberapa diantara mereka – dengan iman – memperoleh kemenangan besar. Sebagian lagi – karena iman – rela diejek dan didera, bahkan dibelenggu dan dipenjarakan. Bahkan ada yang dilempari batu, digergaji, dibunuh dengan mata pedang, mengembara sambil memberitakan injil, menderita kekurangan, kelaparan, kesesakan dan siksaan (Ibr 11:33-40).

Kita melihat bahwa dengan iman kemenangan-kemenangan besar telah dimenangkan untuk Kerajaan Allah, dan juga dengan iman orang bersedia memberikan hidupnya untuk apa yang mereka percayai sebagai kebenaran. Iman seperti ini adalah pokok dan inti dari Injil. Iman seperti ini menyatakan setuju dengan Firman Allah dan berdiri untuk hal tersebut; tidak pernah mundur, bahkan sampai titik kematian. Dengan iman ini, orang-orang dahulu berkenan dihadapan Allah. Iman seperti ini adalah iman yang dewasa.

Iman yang dewasa harus kita miliki, agar kita berkenan di hadapan Allah. Untuk mencapai itu, ada banyak musuh yang harus dikalahkan. Musuh kita bukanlah darah dan daging, tetapi pemerintahan iblis, penguasa-penguasa, penghulu-penghulu dunia yang gelap, roh-roh jahat di udara (Efesus 6:12). Tetapi kitab Wahyu memberi pengajaran kepada kita bagaimana mengalahkan musuh-musuh kita itu, ialah: oleh darah Anak Domba, oleh perkataan kesaksian kita, dan dengan tidak mengasihi nyawa sendiri sampai ke dalam maut (sampai mati sekalipun).

Menjadi Pengaku iman yang berani, menjadi orang yang berani menanggung akibat dari pengakuan iman yang berani, bahkan sampai titik kematian dengan tidak mengasihi nyawa sendiri akan menggerakkan kuasa Allah untuk menghasilkan dua kemungkinan. Kemungkinan pertama – seperti yang Allah lakukan atas Sadrakh, Mesakh, Abednego dan Daniel – dimana kuasa Allah bekerja dengan menyelamatkan keempat tokoh kita ini dari api dan dari mulut singa, menyebabkan Nebukadnezar dan Darius memuliakan Allah, dan Allah memberikan kepada mereka berempat suatu kehidupan yang lebih baik. Kemungkinan yang kedua, Allah menjadikan pengaku iman sebagai benih ilahi – seperti yang Allah lakukan terhadap “pohon” Stefanus yang harus mati sebagai benih – yang menumbuhkan suatu “pohon” yang jauh lebih besar, seorang rasul besar bernama Paulus yang menghasilkan buah yang banyak, terus dan terus dan terus,… sehingga injil dapat diberitakan keseluruh dunia.

Maranatha.

Dan mereka mengalahkan dia oleh darah Anak Domba, dan oleh perkataan kesaksian mereka. Karena mereka tidak mengasihi nyawa mereka sampai ke dalam maut.

(Wahyu 12:11)

Mengapa saya ingin menangis?

Waktu itu Rina, seorang anak rohani, tergerak mencari saya minta didoakan. Nomor telpon rumah ku sudah lama saya non-aktifkan, padahal nomor hp-ku dia nggak punya, maka ia datang ke rumah saya dengan seorang teman prianya.

Kami share, ia mengungkapkan masalah-masalahnya, dari hal biaya kuliah, dan juga penyakit ginjal yang dideritanya cukup lama.

“Pak, saya punya masalah dengan ginjal saya. Kata dokter, ini seperti gejala batu ginjal. Saya minta didoakan ” kata Rina.

“Oh, dulu saya juga pernah mengalami batu ginjal, lalu saya beli obat di toko Anu,…” jawab saya mencoba mengelak.

Memang sekitar sepuluh tahun yang lampau, jauh sebelum saya terjun dalam pelayanan Roh, saya pernah mengalami sakit batu ginjal. Pinggangku sakit sekali dan bisa semalaman gak tidur menahan sakit. Saya pergi ke toko obat dan membeli dua macam obat, saya lupa namanya. Saya minum obat itu, dan walau agak lama tetapi sembuh juga. Dengan jawaban itu saya sekaligus mau menguji Rina apakah dia serius minta didoakan.

“Pak, saya minta didoakan saja.” tandas Rina.

Saya tersenyum. Sekarang tahulah saya bahwa Tuhan Yesus memang mengirimkan “domba”-Nya ini untuk saya layani. Saya ke belakang sebentar untuk meminta ampun kepada Tuhan karena sudah berusaha mengelak dari tugasku, dan sekaligus bersyukur untuk iman Rina.

Lalu saya kembali ke ruang tamu dan berkata:

“Rin, soal mendoakan itu sih gampang. Tetapi yang sekarang lebih penting adalah bahwa kamu perlu mendengar dahulu kebenaran Firman Tuhan, agar kamu tumbuh iman, dan sesudah itu saya akan berdoa buat Rina.”

Lalu saya bercerita panjang lebar kepada gadis ini, yang pada intinya: Tuhan Yesus sudah mati di kayu salib kira-kira 2000 tahun yang lalu untuk menanggung sakit penyakit kita, sehingga kita sebenarnya sudah tidak perlu lagi mengalami sakit penyakit. Hanya saja, penebusan Yesus atas sakit penyakit HANYA berlaku jika: pertama, kita percaya bahwa Yesus sudah menanggung semua sakit penyakit kita oleh bilur-bilur-Nya, dan kedua, kita mau taat kepada perintah Tuhan, kepada kebenaran Firman Tuhan.

“Nah Rina, apakah kamu sekarang percaya bahwa Tuhan Yesus – waktu 2000 tahun yang lalu menderita dengan disiksa, dicambuki sehingga tubuh-Nya penuh luka dan menderita kesakitan – adalah untuk menanggung sakit penyakitmu?” kataku.

“Ya pak, saya percaya,… Yesus 2000 tahun yang lalu sudah menderita kesakitan dan dianiaya untuk menanggung semua sakit penyakitku” jawab Rina.

“Apakah kamu percaya bahwa 2000 tahun yang lalu Yesus telah mati disalib untuk menebus dosa-dosamu?” lanjut saya.

“Ya pak, saya percaya, bahwa Tuhan Yesus 2000 tahun yang lalu sudah mati di kayu salib untuk menebus dosa-dosaku”. jawab Rina.

“Nah, sekarang kamu khan sudah tahu bahwa kita harus taat Firman Tuhan agar Tuhan Yesus mau menyembuhkan sakitmu. Kamu berdoa sendiri, bicara kepada Tuhan Yesus bahwa kamu mengampuni orang-orang yang pernah menyakiti hatimu. Sesudah itu, kamu meminta ampun kepada Bapa Surgawi dalam nama Tuhan Yesus.” pesan saya.

Rina menurut sekali. Dia berdoa pribadi kepada Tuhan; ia melepaskan pengampunan kepada semua orang yang pernah menyakiti hatinya. Saya mendukungnya dan saya meminta Roh Kudus memampukan Rina dapat melepaskan pengampunan dengan tulus ikhlas.

“Yuk, sekarang ikuti saya berdoa: Tuhan Yesus, aku percaya kepada-Mu sebagai Tuhanku dan Juruselamatku. Sekarang masuklah dalam hatiku, tinggallah di dalam hatiku selama-lamanya, jadilah Engkau Tuhan dan Juruselamatku. Amin.” Saya menuntun Rina mengucapkan doa itu.

Saya menumpangkan telapak tangan saya ke ubun-ubunnya dan berdoa:

“Bapa Surgawi, hamba telah menyaksikan sendiri bahwa Rina, anak-Mu, sudah percaya kepada Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamatnya. Dan ia sudah belajar taat kepada firman-Mu untuk melepaskan pengampunan dengan tulus kepada semua orang yang pernah menyakiti dia, dan dia sudah meminta ampun kepada-Mu demi nama Yesus Kristus. Hamba-Mu percaya, bahwa saat ini Rina sudah berhak menerima penebusan Yesus Kristus, baik pengampunan dosanya maupun dari sakit penyakitnya. Dan sekarang, dengan otoritas yang saya terima dari Tuhan Yesus, demi nama Yesus, jadilah engkau -Rina- sembuh dari semua gangguan di ginjalmu. Haleluya, Amin !”

Saya tidak mendramatisir do’a-do’a, saya tidak bersikap memelas agar Tuhan berbelas kasihan kepada kami. Saya hanya berdoa dengan kesungguhan hati. Namun saya melihat air mata meleleh di pipi Rina. Urapan Allah telah bekerja menjamah Rina selagi kami berdoa

Ketika selesai berdoa, Rina berkata:

“Pak, kenapa yah? tadi koq saya ingin menangis waktu kita berdoa” katanya ketika menjelang pulang.

“Rin, itu namanya urapan Roh Kudus menjamah kamu, kuasa-Nya sedang bekerja padamu. Kamu sudah percaya kepada Tuhan Yesus sebagai penebus dan juruselamatmu, dan kamu sudah belajar taat Firman, makanya Tuhan dengan senang hati menjamah kamu. Lihat saja tentu ada perubahan terjadi pada dirimu” jawab saya.

“Pak, heran ya? Koq sekarang pinggangku sudah nggak sakit lagi. Cepet banget ya?” kata Rina.

“Ya, terima saja kesembuhan ini dengan iman. Ini bukan sugesti, tetapi fakta. Lihat saja besok pagi dan seterusnya.”

Benar saja, keesokan harinya Rina kirim sms ke saya, dia berterima kasih karena benar-benar sudah disembuhkan Tuhan Yesus. HALELUYA !!

Sahabat,

Anda saya persilahkan mengikuti langkah-langkah kami untuk memulai hidup sehat hanya dengan iman dan ketaatan kepada Firman Tuhan. Kami menunggu bagaimana Tuhan Yesus membawa Anda memasuki dimensi yang baru menjadi anak Allah yang benar-benar mengalami penebusan Tuhan Yesus, pertama-tama: sehat dengan iman (ini sebagai latihan dan bukti konkret bahwa Yesus telah menanggung sakit penyakit Anda) dan menjadi bukti bahwa Yesus benar-benar sudah mengampuni dosa Anda.

Jika semisal Anda dilatih Tuhan dengan penyakit ringan seperti: batuk dan flu, cobalah Anda ikuti langkah-langkah di Blog ini, dan dapatkan kesembuhan tanpa obat. Percaya saja.

Tuhan Yesus memberkati.